Powered By Blogger

Rabu, 16 Juni 2010

pengendalian wereng & tungro

Pada padi yang terserang wereng coklat terlihat helaian daun padi yang paling tua berangsur-angsur berwarna kuning. Bila hal itu dibiarkan akan ditandai dengan adanya massa berupa jamur jelaga. Serangan wereng coklat dengan tingkat populasi yang tinggi akan menyebabkan warna daun dan batang tanaman menjadi kuning kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya seluruh tanaman menjadi kering seperti terbakar. Berkembangnya serangan wereng coklat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (1) wereng coklat adalah serangga yang mampu berkembang biak dengan cepat dimana dalam masa reproduksinya, satu buah induk betina wereng coklat mampu menghasilkan 100-600 butir telur. Dengan daya sebar yang cepat dan ganas serta kemampuan menemukan sumber makanan, membuat serangan wereng coklat ini semakin meluas. (2) penanaman varietas padi yang peka/tidak tahan terhadap wereng coklat, kemudian (3) adanya pola tanam yang tidak teratur dan (4) penggunaan pestisida yang kurang tepat sehingga tidak efektif dalam membasmi wereng coklat tersebut.
Berbeda dengan serangan hama wereng coklat, serangan penyakit tungro ini disebabkan oleh virus. Penyebaran serangan penyakit ini sangat cepat karena dibantu oleh vektor (serangga penular) yaitu we-reng hijau (Nephotettix virescens dan N. nigropictus). Adapun gejala / tanda kerusakan yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah : Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar secara acak. Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan. Seperti halnya wereng coklat, penyebaran penyakit ini juga sangat cepat. Cepatnya perkem-bangan penyakit tungro disebabkan antara lain oleh : (1) cepatnya perkembangan serangga penular (wereng hijau),(2) masih dilakukannya penanaman bibit padi yang tidak diketahui asal usul dan kesehatannya, terutama dari daerah endemis tungro, (3) adanya penanaman varietas tidak tahan tungro yang didu-kung pola tanam tidak teratur, dan (4) para petani masih enggan melakukan pemusnahan (eradikasi) pada tanaman yang terkena serangan tungro akibatnya tanam padi sehat yang lain ikut terkena penyakit ini.
Penyebaran dan Siklus Hidup
Pengendalian hama wereng coklat dan penyakit tungro ini akan lebih efektif bila kita mengetahui bagaimana gejala, sistem penularan dan siklus hidup serangga penyebar penyakit itu. Penularan penyakit tung-ro pada padi bersumber dari singgang (sisa tanaman padi setelah dipanen) dan rumput-rumput yang berada di sekitar tanaman padi. Virus tungro ini dibawa oleh wereng hijau dengan menghisap tanaman sakit dan me-nyebarkannya melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit oleh wereng hijau ini berlangsung secara non persisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah menghisap tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6 – 9 hari kemudian. Selain wereng hijau dewasa, nimfa (larva) dari serangga ini pun dapat menularkan virus tungro. Virus ini tidak dapat ditularkan melalui : telur wereng hijau, biji padi, atau gesekan antara tanaman sehat dengan tanaman sakit. Berdasarkan hal itu, maka bila kita ingin mengendalikan penyakit akibat virus ini, maka yang perlu kita kendalikan adalah faktor penyebarnya yaitu wereng hijau, tanaman yang sakit dan singgang-singgang sebagai sumber penyakit.
Dalam siklus hidupnya wereng coklat terbagi kedalam 3 fase yaitu telur, nimfa dan serangga dewasa. Wereng coklat betina meletakkan telur-telurnya di dalam pelepah dan tulang daun. Setelah 7-9 hari kemudian telur-telur tersebut menetas dan menjadi nimfa. Pada fase nimfa inilah serangga wereng coklat berbahaya karena pada fase ini nimfa-nimfa bersaing untuk men-dapatkan sumber makanan agar bisa tumbuh menjadi serangga dewasa. Dalam menunjang perkembangannya menjadi dewasa itulah nimfa ini kemudian merusak tanaman dengan cara memakan dan menghisap cairan yang ada dalam tanaman padi. Nimfa ini sendiri terbagi ke dalam 5 instar sesuai warnanya. Instar pertama ber-warna putih dan selanjutnya berubah menjadi warna coklat. Pada umur 13-15 hari, nimfa sudah berkembang menjadi serangga dewasa. Wereng cok-lat mempunyai keistimewaan yaitu mampu membentuk biotipe baru. Pembentukan biotipe ini terjadi bila terjadi pergantian varietas padi yang tahan wereng. Penggunaan perstisida yang kurang benar akan menimbulkan biotipe baru yang menyebabkan wereng tersebut semakin kebal ter-hadap insektisida yang diberikan.
Langkah Pengendalian
Pengendalian wereng coklat dapat dilakukan dengan mencegah penyebaran dan perkembangbiakan hama tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah ;
Pertama yaitu melakukan pemantauan secara rutin dan terjadwal yang dilakukan dengan cara mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu (misalnya seminggu sekali), sejak awal persemaian, penanaman sampai panen. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi wereng coklat di tiap lokasi sehingga dapat dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau tidak. Semakin tinggi kepadatan populasi wereng coklat, semakin cepat kita harus melakukan tindakan pengendalian. Adapun pedoman untuk menetapkan gejala serangan wereng dengan menggunakan 3 kunci pendugaan. Yaitu tipe A, B dan C. Pendugaan tipe A ini terjadi pada saat persemaian. Kerusakan dianggap berat bila pada saat umur 30 hari terdapat 50 ekor betina makrop per 25 kali ayunan jaring. Pada tipe B, fase ini terjadi saat padi berumur 20 – 30 HST. Tingkat serangan dianggap merugikan bila ditemukan 2 – 5 ekor betina dalam satu rumpun. Tipe C yaitu pada saat padi berumur 20 – 30 HST dan 50 – 60 HST. Kerusakan dianggap berat bila ditemukan 2 – 5 ekor betina berakhip dalam 1 rumpun padi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan bersamasama dalam satu kelompok tani dan hasilnya dibahas untuk menentukan langkah pengendaliannya.
Wereng Coklat yang Menyerang pada Tanaman padi. Inzet : Bentuk Morfologis Wereng coklat
Kedua adalah memusnahkan singgang (sisa tanaman) yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa dengan cara mengolah tanah sesegera mungkin setelah tanaman padi dipanen. Dengan kita membiarkan lahan tersebut, maka kemungkinann timbulnya serangan virus akan lebih besar saat kita memulai penanaman kembali.
Ketiga adalah menanam padi varietas unggul tahan hama. Penanaman varietas tahan hama terbukti mampu dan efektif mengurangi serangan wereng coklat. Penggunaan bibit padi yang merupakan keturunan dari benih asli/bersertifikat akan membuat tanaman menjadi lebih peka/rentan terhadap serangan hama, sehingga disarankan untuk selalu menggunakan benih F-1-nya. Saat ini ada sekitar 17 varietas yang tergolong tahan wereng diantaranya : Cisadane, IR-50, Krueng Aceh, Sadang, Cisokan, Cisang-garung, IR-64, Dodokan, IR-66, Way Seputih, Walanae, Membramo, Cilo-asri, Digul, Maros, Cirata dan Way Opo Buru. Namun , perlu diketahui pula bahwa diantara verietas tersebut, ada beberapa varietas diantaranya yang rentan terhadap biotipe wereng tertentu diantaranya : Cisadane, Krueng Aceh, Sadang dan Cisokan, yang hampir semuanya meskipun tahan wereng biotipe B2, namun agak rentan terhadap B1 dan rentan terhadap biotipe B3.
Keempat yaitu melakukan pemusnahan selektif terhadap tanaman padi yang terserang ringan. Artinya memilih tanaman padi yang terserang dengan cara mengambilnya untuk kemudian dibuang/dibakar di tempat lain. Bila terjadi serangan berat, maka perlu dilakukan pemusnahan (eradikasi) total.
Kelima yaitu melakukan penyemprotan dengan insktisida anjuran seperti Winder 25WP bila populasiwereng coklat telah mencapai batas-batas : populasi wereng mencapai lebih dari 10 ekor per rumpun saat padi berumur kurang dari 40 HST dan populasi wereng mencapai lebih dari 40 ekor per rumpun saat tanaman padi berumur lebih dari 40 HST.
Keenam yaitu ada saat melakukan penyemprotan sebaiknya dimulai dengan membuka (“membiak”) antara barisan tanaman, kemudian menyemprot tanaman dengan mengarahkan semprotan ke bagian batang bawah. Hal ini dilakukan karena biasanya wereng coklat berada di bagian batang bawah.
Untuk pengendalian penyakit tungro dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama adalah mengatur pola tanam pada areal padi dengan melakukan pergiliran tanamn bukan padi untuk memutus siklus hidup wereng hijau dan meniadakan sumber penyakitnya.
Kedua adalah melakukan pengolahan tanah sesegera mungkin setelah pemanenan. Hal ini dimaksudkan untuk memusnahkan singgang tanaman padi sebagai inang vektor.
Ketiga adalah menanam varietas tahan penyakit tungo. Saat ini ada beberapa varietas padi yang tahan terhadap serangan tungro diantaranya : IR-50, IR-64, Citanduy, Dodokan, IR –66, IR-70, Barumun, kelara, memberamo, IR-36, IR-42, Semeru, Ciliwung , Kr. Aceh, Sadang, Cisokan, Bengawan , Citarum dan terakhir adalah serayu. Pengendalian akan lebih efektif bila dilakukan pergiliran varietas setiap menanam padi.
Keempat adalah mengupayakan penanaman secara serempak dalam satu hamparan.
Kelima yaitu melakukan pemantauan secara terjadwal sejak awal dimulai di singang-singgang sehabis panen, dilanjutkan pada persemaian dan tanaman muda (saat tanaman kritis umur 2-6 minggu setelah tanam), khususnya di daerah endermis tungro. Hasil pengamatan dibahas dalam kelompok guna menentukan gerakan pengendalian.
Keenam yaitu pada saat persemaian benih disebar paling cepat 5 hari setelah pengolahan tanah, mengingat virus tungro yang ada di singgang dan tubuh wereng hijau telah hilang setelah periode waktu tersebut. Kemudian pada daerah kronis tungro sebelum melakukan penyebaran benih sebaiknya tanah diberi insktisida bahan aktif carbofuran sebanyak 4 kg/500 m2 dengan cara dibenamkan bersamaan dengan pengolahan tanah. Bibit sebaiknya tidak menggunakan dari daerah yang terdapat serangan tungro. Bibit yang terinfeksi tungro harus dicabut dan kemudian dimusnahkan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah. Kemudian melakukan penyemprotan dengan insektisida anjuran bila populasi vektor (wereng hijau) mencapai 20 ekor per 25 ayunan jaring.
Ketujuh yaitu pengendalian saat tanaman muda. Pengendalian dilakukan dengan mengatur saat tanam sedemikian rupa agar saat populasi wereng hijau tinggi, tanaman padi sudah berumur lebih 60 HST. Selain itu dilakukan eradikasi selektif secara kesinambungan dan melakukan penyemprotan insktisida anjuran bila populasi wereng hijau minimal 3 ekor per 25 ayunan jaring.

Optimalisasi lahan ramah lingkungan

Negara agraris terbesar di Asia adalah Indonesia, tapi ironisnya Indonesia termasuk Negara yang punya ketergantungan produk pertanian dengan negara lain. Daya saing produk pertanian Indonesia masih kalah diperdagangan global. Semua permasalahan di atas tidak lepas dari sisten budidaya bercorak tanam serta kebijakan dan arah pembangunan disektor pertanian. Kebijakan pemerintah kurang berpihak pada sektor pertanian, kalaupun ada arah ke sektor ini hanya sebagai lips aervis atau membuai, sedang petani celaka. Berawal dari permasalahan sektor ini kami dari WAROENG TANI KARUNIA mencoba mengenalkan system pembangunan sektor pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan serta system budidaya yang berbasis kearifan lokal. Penggunaan saprotan atau sarana produksi pertanian yang ramah lingkungan dan bebas residu merupakan tujuan kami, karena hasil produksi pertanian yang bebas residu kimia obat merupakan syarat  mutlak di era perdagangan bebas selain membuat masyarakat mengkonsumsi yang berujung pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Bila semua lahan pertanian di Indonesia dikelola dengan optimal bisa jadi Indonesia merupakan penghasil dan pengekspor  pangan terbesar di dunia. Impor bahan pangan bisa dihentikan berbalik jadi pengekspor dan menghemat devisa miliaran rupiah. Optimalisasi lahan pertanian juga menciptakan lapangan pekerjaan sehinggga pengangguran bisa berkurang, urbanisasi juga bisa ditekan yang akhirnya mengurangi penumpukan produk di suatu kota Sebagai contoh bahwa sampai pada saat ini belum bisa mengatasi atau mencukupi komoditas jagung 50 juta ton jagung setiap tahun diimpor untuk mencukupi industri pakan dalam negeri. Padahal untuk mencukupi jagung sebanyak itu hanya butuh lahan seluas 5 juta hektar, devisa yang dihemat mencapai trilyunan rupiah.

Senin, 03 Mei 2010

Fungisida Organik


FUNGIDOR 50 EC (FUNGISIDA)

SPESIFIKASI FUNGIDOR 50 EC

Nama Produk : FUNGIDOR 50 EC
Golongan : PESTISIDA
Formulasi : EC ( Emulsifiable Concentrates)
Formulator : CV. BIMAS
Bahan Aktif : GENOL DIRACHTIN 50 Gr/ltr
Komposisi : BAHAN AKTIF, PEMBAWA, PEMBASAH, PERATA,
PENEMBUS STABILISER
Cara Kerja : KONTAK DAN SISTEMIK
Sifat : HANGAT
Dosis Aplikasi : 0,2-0,3 ml/ltr ( 30-50 ml/tangki 15 ltr)
Kemasan : 500ml, 250ml, 100ml dan curah

SEKILAS FUNGIDOR 50 EC

Fungidor 50 EC merupakan fungisida berbentuk organic yang berbentuk cairan emulsi pekat yang berwarna coklat kekuningan yang dapat diemulsikan dengan air. Baham aktif dalam fungisida ini adalah genol dirachtin 50% serta tambahan bahan aktif lain. Genol dirachtin bekerja secara kontak dan sistemik dengan menginfeksi jamur pathogen sehingga jamur pathogen tidak bisa berkembangdan akhirnya mati. Fungisida ini juga tidak menyebabkan resistensi atau kekebalan. Diketahui bahwa cendawan atau jamur mempunyai system pertahanan yang berlapis atau lebih baik dibanding penyakit lain.

Jamur yang terkena semprot senyawa fungisida akan cepat mati tetapi spora yang terlindungi mycelium sullit ditembus sehingga akan melahirkan generasi baru yang kebal karena dari spora ini memproduksi senyawa kimia untuk menetralisir cairan asing yang menempel. Dari sekian banyak penyakit, penyakit cendawan yang paling cepat kebal.

Fungidor tidak menyebabkan jamur pathogen menjadi kebal karena bahan aktifnya terbuat dari minyak tanaman dikombinasikan dengan senyawa organic lain dari unsure mikro. Sifatnya yang hangat mampu membatasi perkembangbiakan jamur. Jamur pathogen akan sulit berkembang karena suhu dan kelembaban tidak mendukung yang akhirnya akan mati dengan sendirinya. Fungidor mampu mengontrol suhu kelembaban lingkungan sekitar tanaman. Lingkungan yang hangat dan tidak terlalu lembab merupakan halangan bagi jamur pathogen untuk berkembang. Pemberian lewat kocoran juga menjaga suhu tanah tetap stabil. Disamping tanaman akan mencukupi unsure mikronya (2 unsure). Kelebihan dosis dari fungisida ini menyebabkan tanaman keracunan. Agar terhindar dari hal tersebut disarankan mengikuti petunjuk aturan pakai.
CARA KERJA FUNGIDOR 50 EC

Bahan aktif fungidor 50 EC bekrja sama secara kontak dan sistemik jamur/ cendawan pathogen yang terkena semprot akan mengalami stagnasi dulu, beberapa saat kemudian racunnya akan pelan-pelan masuk ke dalam jaringan sampai menembus spora. Rasa hangat yang dimiliki fungidor membuat spora tidak bisa berkembang karena spora inilah yang menjadi titik tumbuhnya cendawan/ jamur.
Fungidor juga dapat menstabilkan suhu tanah sekitar tanaman asetil egenol dalam fungidor sebagai sebagi senyawa kimia juga efektif menekan pupulasi bakteri.

PETUNJUK PENGGUNAAN

No Nama penyakit Dosis formulasi Keterangan
1 Bercak daun, busuk buah, busuk daun. 20-30 ml/ tangki Penyemprotan volume tinggi dimulai pada saat terlihat gejala serangan dan diulang setiap 5 hari atau menyesuasikan intensitas serangan. Bisa digunakan sebagai preventif atau kuratif.
2 Busuk tandan, busuk umbi, kudis, akar putih 20-30 ml/ tangki
3 Bercak ungu, karat daun, rebah batang, fusarium oxyporum 20-30 ml/ tangki
4 Embun tepung, kanker garis, berpilin, busuk batang bawah 20-30 ml/ tangki
5 Cacar daun, akra gada, penyakit kuning 20-30 ml/ tangki

KEUNGGULAN FUNGIDOR 50 EC

1. Tidak menyebabkan resistensi/ kebal.
2. Ramah lingkungan karena tidak persisten dalam tanah dan non residu.
3. Mengandung unsure mikro terutama Mn dan Zn.
4. Menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.
5. Meminimalisir pemakaian bahan yang tidak dapat diperbaharui.
6. Dapat dicampur dengan insektisida, Zpt
7. Mendukung system pertanian organic
8. Dapat mengupayakan kesuburan tanah secara lestari.

Minggu, 25 April 2010

Budi Daya Padi


Pemintaan terhadap beras dari tahun ke tahun cenderung naik sejalan dengan laju peningkatan jumlah penduduk. Disisi lain varietas unggul yang digunakan petani tidak dapat berproduksi lebih tinggi karena keterbatasan kemampuan genetik tanaman.

Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan kepada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka program intensifikasi padi sudah selayaknya mendapat perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek.

Penyiapan Lahan

  • Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak I dibiarkan selama 7 hari dalam keadaan macak-macak, kemudian dibajak II digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.
  • Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 7 - 10 hari atau sesuai dengan anjuran.

Persemaian

Pembuatan persemaian dilakukan sebagai berikut :

  • Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak selama minimal 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Kemudian olah tanah kedua sambil membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh liar dan gulma.
  • Buat bedengan dengan tinggi minimal 5 - 10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan dengan petak kebutuhan.
  • Pupuk persemaian dengan Urea, SP36 dan KCL masing-masing sebanyak 5 gr/m persegi atau 1 kg benih per 20 meter persegi lahan.
  • Kebutuhan benih untuk 1 hektar areal pertanaman adalah 10 - 20 kg.

Penamaan

  • Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 10 - 15 hari.
  • Jarak tanam 20 x 20 cm, satu tanaman per rumpun.
  • Populasi bibit di persemaian lebih jarang daripada yang bisa dipraktekan petani, sehingga pada umur 21 hari bibit telah mempunyai anakan.


Varietas yang digunakan


Akan lebih bagus apabila dalam memilih varietas kita melihat situasi dan kondisi, misalnya saat musim hama wereng maka akan lebih bagus bila menggunakan varietas yang tahan wereng, begitu seterusnya

Pemupukan

Anjuran pemupukan adalah :

Musim Kemarau

  • Takaran pupuk 300 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 150 kg KCL/ha.
  • Waktu Pemberian : (1). Saat tanam : 60 kg Urea + 100 kg SP36 + 15 kg KCL/ha. (2). 4 minggu setelah tanam : 90 kg Urea/ha. (3). 7 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea + 50 kg KCL/ha. (4). 5 % berbunga : 75 Urea/ha

Musim Hujan

  • Takaran pupuk 250 kg Urea, 100 kg SP36 dan 150 kg KCL/ha.
  • Waktu pemberian : (1). Saat tanam : 50 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCL/ha. (2). 4 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea/ha. (3). 7 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea + 50 kg KCL/ha. (4). 5% berbunga : 50 Urea/ha

Pemeliharaan Tanaman

  • Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu gulma, yang dilakukan paling sedikit 2 kali yaitu menjelang pemupukan ke 2 dan ke 3.
  • Padi yang peka terhadap penyakit tungro dan hama wereng coklat. Yang dikembangkan di daerah endemis hama dan penyakit perlu diterapkan PHT dengan monitoring keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara intensif. Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitoring penerbangan ngengat penggerek batang.
  • Penggunaan pestisida secara bijaksana.

Panen dan Pasca Panen

Penentuan saat panen sangat berpengaruh terhadap kualitas gabah. Tanaman padi yang dipanen muda juga digiling akan menghasilkan banyak beras pecah. Ciri-ciri tanaman padi yang siap untuk dipanen adalah :

  • 95 % butir-butir padi dan daun bendera sudah menguning.
  • Tangkai menunduk karena serat menanggung butir-butir padi yang bertambah berat.
  • Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi.