Powered By Blogger

Rabu, 16 Juni 2010

Optimalisasi lahan ramah lingkungan

Negara agraris terbesar di Asia adalah Indonesia, tapi ironisnya Indonesia termasuk Negara yang punya ketergantungan produk pertanian dengan negara lain. Daya saing produk pertanian Indonesia masih kalah diperdagangan global. Semua permasalahan di atas tidak lepas dari sisten budidaya bercorak tanam serta kebijakan dan arah pembangunan disektor pertanian. Kebijakan pemerintah kurang berpihak pada sektor pertanian, kalaupun ada arah ke sektor ini hanya sebagai lips aervis atau membuai, sedang petani celaka. Berawal dari permasalahan sektor ini kami dari WAROENG TANI KARUNIA mencoba mengenalkan system pembangunan sektor pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan serta system budidaya yang berbasis kearifan lokal. Penggunaan saprotan atau sarana produksi pertanian yang ramah lingkungan dan bebas residu merupakan tujuan kami, karena hasil produksi pertanian yang bebas residu kimia obat merupakan syarat  mutlak di era perdagangan bebas selain membuat masyarakat mengkonsumsi yang berujung pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Bila semua lahan pertanian di Indonesia dikelola dengan optimal bisa jadi Indonesia merupakan penghasil dan pengekspor  pangan terbesar di dunia. Impor bahan pangan bisa dihentikan berbalik jadi pengekspor dan menghemat devisa miliaran rupiah. Optimalisasi lahan pertanian juga menciptakan lapangan pekerjaan sehinggga pengangguran bisa berkurang, urbanisasi juga bisa ditekan yang akhirnya mengurangi penumpukan produk di suatu kota Sebagai contoh bahwa sampai pada saat ini belum bisa mengatasi atau mencukupi komoditas jagung 50 juta ton jagung setiap tahun diimpor untuk mencukupi industri pakan dalam negeri. Padahal untuk mencukupi jagung sebanyak itu hanya butuh lahan seluas 5 juta hektar, devisa yang dihemat mencapai trilyunan rupiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar